Selasa, 20 November 2012

Resep Kue Nangis


Kue Nangis 
Sumber : Primarasa Indonesia, Kue Tradisional Nusantara
Bahan:
300 ml air
1/2 sdt garam
2 lembar daun pandan
1/2 sdt pewarna hijau
375 gr tepung beras kering
125 gr gula merah, iris tipis
Taburan, campur, kukus hingga matang:
150 gr kelapa setengah tua, kupas kulit ari, parut panjang
1/2 sdt garam
Cara:
  • didihkan air, garam, daun pandan, pewarna hijau, angkat, biarkan hangat. masukkan tepung beras dalam wadah, tuangi air pandan hangat sedikit sedikit sambil diaduk dengan tangan hingga berbutir butir halus, lakukan sampai air habis.
  • Siapkan saringan kasar, masukkan adonan tepung, gosok gosokkan hingga adonan tepung berbentuk butiran halus, tampung, lakukan hal serupa hingga selesai
  • Ambil cawan ukuran 30 ml, tuang 1/2 sdm adonan tepung, lubangi bagian tengahnya dengan telunjuk, masukkan gula merah, tutup dengan 1/2 sdm adonan tepung beras (jangan di tekan), ratakan.
  • Balikkan cetakan yang berisi adonan ke atas loyang datar beralas daun pisang, angkat cetakannya. Atur jarak antara adonan yang sudah dicetak, jangan berdekatan, lakukan hingga loyang penuh.
  • Kukus dengan api besar 10 menit, angkat, pidahkan ke wadah datar, sajikan selagi panas dengan taburan kelapa.
note dari koki kue nangis:
- Jika menggunakan bambu sebagai cetakan, masukkan sepotong kecil daun pisang atau pandan, sebagai alas cetakan, isi dengan tepung dan gula sebagaimana step3. step nomor 4 dilewati. letakkan bambu dalam keadaan berdiri persis di atas lubang lubang kukusan (jika lubang besar dan jarang2)
- Dalam rangka back to nature, gunakan daun suji sebagai pewarna, bikin dulu air suji, baru di tambah air dan diukur mencapai 300 ml.

Kelezatan Kue Nangis

Kue Nangis 

Anda kenal dengan kue Nangis ? Kalau belum kenal, tentu si manis ini bukanlah putri yang manja yang selalu merengek dan menangis atau salah satu gadis yang galau tiap malam. Melainkan sebuah panganan khas yang sering disebut Kue Putu yang beraroma harum, rasanya gurih dan manis, serta sangat lembut saat disantap. Satu lagi, harganya sangat ramah dengan isi kantong.

Meskipun namanya kue Nangis-penulis telah membahas sebelumnya-namun kue Nangis ini identik sebagai makanan tradisional khas Jawa (Indonesia). Kue aslinya berbentuk bulat memanjang seukuran baterai ukuran 'C' ini warnanya pun khas, yaitu Hijau.

Menurut beberapa referensi, kue Nangis berasal dari Kerala, India. Entah mulai kapan kue Nangis ini sendiri masuk ke Indonesia (Jawa)yang kemudian begitu akrab sebagai jajanan nusantara. Yang jelas, sebagian besar masyarakat kita, khususnya yang ada di pulau jawa pasti mengenal dan pernah mencoba kelezatan kue Nangis ini.

Kue Nangis dalam penyajiannya sederhana, tapi mampu mencitrakan sebuah cita rasa. Bahannya juga mudah didapat, bahkan siapa pun dapat mencobanya sendiri karena proses pembuatannya pun tergolong gampang . Komposisi bahan kue Nangis yang dominan dengan parutan kelapa berisi gula merah  ini antara lain: tepung beras, kelapa, gula pasir, garam, gula merah juga daun pandan sebagai pengharum sekaligus pewarna hijau khas kue Nangis.

Yang membuat kue Nangis ini juga unik adalah cara memasaknya. Kue Nangis dimasak dengan cara dikukus dalam tabung-tabung bambu mungil berdiameter sekitar 3cm yang dipanaskan di atas sebuah pemanas khusus. Pemanas khusus itu biasanya dibuat terbuat dari kaleng seng yang dilubangi beberapa bagian untuk mengeluarkan uap panas yang berfungsi mematangkan kue Nangis . Sementara salah satu lubang ditempeli alat semacam peluit yang selalu berbunyi nyaring yang dari jauh akan terdengar seperti suara nangis. Bunyi ini lantas menjadi pertanda tersendiri bagi para penjual kue Nangis keliling. 

Tentang rasa, kue Nangis ini tentu gurih karena bahan dasarnya tepung beras ditambah santan, juga parutan kelapa yang ditaburkan. Hampir sama dengan jenis panganan olahan singkong seperti Jemblem yang tengahnya berisi, kue Nangis juga memiliki efek kejut saat menyantapnya. Bila dalam jemblem gula merah terbungkus rapat di dalam makanan, maka dalam kue Nangis biasanya gula dibiarkan sampai meleleh keluar. Itu juga menjadi eksotika tersendiri dari kue Nangis in sebagai penggugah selera sebelum menyantapnya. Apalagi aromanya yang harum dan sedap pasti akan membangkitkan gairah liur siapa pun yang tergoda oleh kemolekan sang kue Nangis ini.

Dalam hal varian,terdapat beberapa macam kue Nangis. Di samping kue Nangis tradisional ini sendiri, juga ada kue Nangis Ayu yang tampilannya memang lebih cantik kaena dibuat dengan cetakan modern dalam aneka bentuk. Dan khusus untuk kue Nangis Ayu ini tak disertai gula merah. Bahannya pun telah ditambah seperti telur, terigu dan beberapa pelengkap rasa lain. Mungkin juga di beberapa daerah lain di Indonesia terdapat panganan yang hampir sama dengan kue Nangis ini, namun berbeda namanya. Karena di negara Melayu lainnya, seperti Singapura dan Malaysia juga ditemui makanan hampir sama persis dengan kue Nangis namun namanya berbeda. Sudahkah Anda mengudap kue Nangis?

Senin, 19 November 2012

Kue Nangis Tanpa Bambu


Kue Nangis alias Kue Putu
Saya jadi teringat tebak-tebakan jaman kecil dulu. “Penjual apa yang menjajakan dagangannya dengan cara menangis?”
Yak, pedagang Kue Putu, jawabannya. Bukan karena penjualnya beneran nangis, namun suara “hhuuuuuuu” panjang dari cerobong peluit yang tertiup uap air yang mirip dengan suara tangisan inilah sebabnya.
Masih dari Bandung, saya menemukan kembali penjual Kue Putu. Namun yang unik, Kue Putu ini diuapkan tidak di dalam selongsong bambu, namun dalam potongan pipa PVC!
Kue Nangis (Kue Putu) di dalam Pipa PVC

Sebuah pipa berdiameter sekitar 5 cm dipotong sepanjang kurang lebih 10 cm kemudian dililit karet bekas dan digunakan untuk menguapi adonan “serbuk” beras.
Inilah ciri khas Kue Putu, penguapan dengan uap air melalui lubang kecil ini membuat gula merah yang disisipkan di tengah adonan menjadi meleleh dan “serbuk” beras tadi menjadi lebih hangat dan bisa menyatu.
Kita sering melihat penggunaan bambu untuk melakukan “pengukusan” seperti ini, namun rupanya bahan bambu yang mudah rusak membuat sang penjual berpikir kreatif dan nyeleneh, yaitu menggunakan pipa PVC yang lebih awet demi menghemat biaya maintenance
Memang penggunaan bambu atau pun pipa, tidak berpengaruh sama sekali ke rasa. Begitu pula dalam urusan bentuk. Namun, ide kreatif inilah yang menurut saya unik.
Adonan tepung beras dan air dikukus terlebih dulu. Setelah matang dan bisa dibentuk, adonan dimasukkan ke dalam saringan kawat, lalu ditekan dan gosok-gosok dengan tangan sehingga adonan keluar dalam bentuk butiran.
Proses Pembuatan Kue Nangis (Kue Putu)
Nah, adonan “serbuk” inilah yang kemudian dimasukkan ke dalam potongan pipa dan “dikukus”. Jangan lupa, serutan gula jawa harus dimasukkan di tengah supaya mak nyus.
Tak lama, sekitar semenit adonan kue dalam pipa matang. Dengan menggunakan semacam sunduk dari kayu, adonan dalam pipa ini disodok hingga keluar dari pipa.
Satu per satu silinder-silinder hangat pengundang selera itu pun disusun seperti piramid, sebelum ditaburi parutan kelapa.
Bila saya perhatikan, ada beberapa perbedaan dengan Kue Putu yang saya temukan di Solo. Kue Putu di Solo berwarna putih, sedangkan yang saya temukan di Bandung berwarna hijau. Warna hijau ini dibuat dengan menggunakan air daun suji.
Kue Nangis (Kue Putu) di Solo
Penjualnya pun, ada yang menggunakan gerobak dan ada juga yang menggunakan pikulan.